Perang Dunia II atau Perang Dunia Kedua (biasa
disingkat PD II) adalah
konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia,
termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer
yang berlawanan yaitu Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang
terbesar sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta personel. Dalam keadaan
"perang total," pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang
ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus
perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta
orang dengan mayoritas
warga sipil tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai konflik paling
mematikan dalam sejarah manusia.
Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan dimulai saat Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939 dan
berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara resmi PD II berakhir ketika
Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument of Surrender di atas kapal USS Missouri pada tanggal 2 September 1945 tepatnya 6 tahun setelah perang dimulai.
Perang Dunia II berkecamuk di tiga benua tua; yaitu Afrika, Asia dan Eropa. Berikut adalah data
pertempuran-pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua.
Asia dan Pasifik
1937: Perang Sino-Jepang
Konflik perang di mulai di Asia beberapa tahun sesudah
pertikaian di Eropa. Jepang telah menginvasi Cina pada tahun 1931 jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo negara boneka bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang dimulai ketika Jepang mengambil alih Manchuria.
Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia)
pada Mei 1940 yang mengijinkan personel militer AS untuk mundur
dari tugas sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di
Cina sebagai "American Volunteer Group" (AVG) (juga dikenal
sebagai Harimau Terbang Chennault). Selama tujuh bulan kelompok
Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang,
menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi Jepang terhadap
Burma. Dengan adanya tindakan Amerika Serikat dan negara lainnya yang memotong
ekspor ke Jepang, maka Jepang merencanakan serangan terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 tanpa peringatan deklarasi perang sehingga
mengakibatkan kerusakan parah pada Armada Laut Amerika di Samudra Pasifik. Hari berikutnya, pasukan Jepang tiba di Hong Kong yang kemudian menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di
bulan itu.
1940: Jajahan Perancis Vichy
Pada 1940, Jepang menduduki Indocina Perancis (kini Vietnam) sesuai persetujuan dengan Pemerintahan Vichy meskipun secara lokal terdapat
kekuatan Pembebasan Perancis (Forces Françaises Libres/FFL) dan bergabung dengan kekuatan Poros Jerman serta Italia. Aksi ini menguatkan konflik Jepang
dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi dengan memboikot kiriman minyak terhadap Jepang.
1941: Pearl Harbor, AS turut serta
dalam perang, invasi Jepang di Asia Tenggara
Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan
terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS
terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan
pelabuhan tersebut yang membuat AS dengan
segera mengumumkan perang terhadap Jepang.
Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor Jepang
juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang
menginvasi Filipina dan koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud selanjutnya menguasai
ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah
yang lebih luas lagi jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja.
Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dan
sejarah yang paling memalukan bagi Britania.
1942: Invasi Hindia-Belanda
Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan daerah-daerah sumber
minyak. Jepang sengaja mengambil taktik
tersebut sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan
Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu
mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.
Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis
pertahanannya ke Australia meskipun demikian Sekutu masih mempertahankan
beberapa kekuatannya di Hindia Belanda agar tidak membuat Hindia Belanda merasa
ditinggalkan dalam pertempuran ini.
Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau
Jawa pada bulan Februari-Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan armada gabungan
yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan sekutu kalah dan
Karel Doorman pun gugur dalam
pertempuran.
Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai
kota terbuka, kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis
pertahanan Lembang-Ciater dan membuat kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan
Sekutu-Hindia Belanda terancam. Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang
berhasil menyerang Surabaya sehingga kekuatan Belanda ditarik sampai garis
pertahanan Porong.
Terancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan
dan pengungsian membuat panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan
perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang
dipimpin oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter
Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada Awalnya Belanda bermaksud
menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia
Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu posisi Panglima tertinggi angkatan
perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Ter
Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap bahwa kedudukan di Hindia
Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah Jepang mengancam akan
mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten setuju untuk menyerah tanpa
syarat kepada Jepang.
1942: Laut Coral, Port Moresby,
Midway, Guadalcanal
Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby di Papua Nugini digagalkan oleh pasukan Sekutu
dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby
berhasil, Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan pertama
yang berhasil terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya
menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Atol Midway dapat dicegah dengan terpecahnya pesan rahasia Jepang yang menyebabkan pemimpin Angkatan Laut
AS mengetahui target berikut Jepang yaitu Atol Midway. Pertempuran ini menyebabkan Jepang
kehilangan empat kapal induk yang mana industri Jepang tidak dapat
menggantikannya, sementara Angkatan Laut AS hanya kehilangan satu kapal induk. Kemenangan besar buat AS ini
menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.
Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap
Port Moresby dijalankan melalui Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang
bertemu dengan pasukan cadangan Australia, banyak dari mereka yang masih muda dan tak terlatih,
menjalankan aksi perang dengan keras kepala menjaga garis belakang sampai
tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika Utara, Yunani dan Timur Tengah.
Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama masuknya
Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai menyerang wilayah
yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal dan melawan tentara Jepang yang getir
dan bertahan kukuh. Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika Serikat. Pada akhir Agustus dan awal
September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal sebuah serangan amfibi
Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan Australia dalam Teluk Milne dan pasukan darat Jepang menderita
kekalahan meyakinkan yang pertama. Di Guadalcanal pertahanan Jepang runtuh pada
Februari 1943.
Pasukan Australia dan AS melancarkan kampanye yang
panjang untuk merebut kembali bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New Guinea dan Hindia Belanda dan mengalami beberapa perlawanan
paling sengit selama perang. Seluruh Kepulauan Solomon direbut kembali pada
tahun 1943, New Britain dan New Ireland juga direbut pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir
tahun 1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk yang disebut sebagai perang laut terbesar sepanjang
sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye Borneo pertengahan tahun 1945, yang
ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan Jepang di Asia Tenggara dan
menyelamatkan tawanan perang Sekutu.
Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga
menyerang kapal dagang Jepang yang menyebabkan industri di Jepang kekurangan
bahan baku. Bahan baku industri sendiri merupakan salah satu alasan Jepang
memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin efektif setelah Marinir AS merebut pulau-pulau yang lebih
dekat ke kepulauan Jepang.
Tentara Nasionalis Cina (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara Komunis Cina dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang
pendudukan Jepang terhadap Cina, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu
untuk melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh sebelum
Perang Dunia II dimulai yang terus berlanjut sampai batasan tertentu selama
perang walaupun lebih tidak kelihatan.
Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang digunakan oleh Sekutu untuk
memasok Tentara Nasionalis Cina. Hal ini menyebabkan Sekutu harus menyusun
suatu logistik udara berkelanjutan yang besar yang lebih dikenal sebagai
"flying the Hump". Divisi-divisi Cina yang
dipimpin dan dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS
membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan
Jalan Burma. Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini berperang sampai terhenti di
perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang dikenal sebagai
"Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan serangan
balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal dan bahkan dijadikan
acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun 1945–1949. Setelah merebut
kembali seluruh Burma serangan direncanakan ke semenanjung Malaya ketika perang
berakhir.
1945: Iwo Jima, Okinawa, bom atom,
penyerahan Jepang
Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang berada
dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Di antara kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu dimana
dalam penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di
seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk
yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada
rumah penduduk yang banyak terdapat pada masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh
Kolonel Paul Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan
kota tersebut.
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang,
seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta dan melancarkan serangan besar
terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945, pesawat bomber jenis Boeing B-29 Superfortress "Bock's Car" yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.
Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan
baru Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya
Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang
sampai tanggal 8 Agustus 1945 setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang
menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menandatangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.
Afrika dan Timur Tengah
1940: Mesir dan Somali land
Pertempuran di Afrika Utara bermula pada 1940, ketika sejumlah kecil pasukan Inggris di Mesir memukul balik serangan pasukan
Italia dari Libya yang bertujuan untuk merebut Mesir
terutama Terusan Suez yang vital. Tentara Inggris, India,
dan Australia melancarkan serangan balik dengan sandi Operasi Kompas (Operation Compass) yang terhenti
pada 1941 ketika sebagian besar pasukan Persemakmuran (Commonwealth) dipindahkan ke Yunani untuk
mempertahankannya dari serangan Jerman. Tetapi pasukan Jerman yang belakangan
dikenal sebagai Korps Afrika di bawah pimpinan Erwin Rommel mendarat di Libya melanjutkan
serangan terhadap Mesir.
1941: Suriah, Lebanon, Korps Afrika
merebut Tobruk
Pada Juni 1941 Angkatan Darat Australia dan pasukan Sekutu menginvasi Suriah dan Lebanon serta merebut Damaskus pada 17 Juni. Di Irak, terjadi penggulingan
kekuasaan atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang
pro-Nazi. Pemberontakan didukung oleh Mufti Besar Yerusalem, Haji Amin
al-Husseini. Oleh karena merasa garis belakangnya terancam, Inggris
mendatangkan bala bantuan dari India dan menduduki Irak. Pemerintahan
pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Mufti Besar Yerusalem melarikan diri ke Iran. Namun
kemudian Inggris dan Uni Soviet menduduki Iran serta menggulingkan shah Iran
yang pro-Jerman. Kedua tokoh Arab yang pro-Nazi di atas kemudian melarikan diri
ke Eropa melalui Turki, di mana mereka kemudian bekerja sama dengan Hitler
untuk menyingkirkan orang Inggris dan orang Yahudi. Korps Afrika dibawah Rommel melangkah maju
dengan cepat ke arah timur dan merebut kota pelabuhan Tobruk. Pasukan Australia dan Inggris di
kota tersebut berhasil bertahan hingga serangan Axis berhasil merebut kota
tersebut dan memaksa Divisi Ke-8 (Eighth Army) mundur ke garis di El Alamein.
1942: Pertempuran El Alamein Pertama
dan Kedua
Pertempuran El Alamein Kedua terjadi di antara 23 Oktober dan 3 November 1942 sesudah Bernard Montgomery menggantikan Claude Auchinleck sebagai komandan Eighth Army.
Rommel, panglima cemerlang Korps Afrika Tentara Jerman yang dikenal sebagai
"Rubah Gurun" absen pada pertempuran luar
biasa ini, karena sedang berada dalam tahap penyembuhan dari sakit kuning di Eropa. Montgomery tahu Rommel
absen sehingga memerintahkan pasukan
Persemakmuran melancarkan serangan meskipun mereka kehilangan lebih banyak tank daripada Jerman ketika memulai pertempuran, namun Montgomery memenangkan pertempuran
ini.
Sekutu mempunyai keuntungan dengan dekatnya mereka ke
suplai mereka selama pertempuran. Lagipula, Rommel hanya mendapat sedikit atau
bahkan tak ada pertolongan kali ini dari Luftwaffe yang sekarang lebih ditugaskan
dengan membela angkasa udara Eropa Barat dan melawan Uni Soviet daripada
menyediakan bantuan di Afrika Utara untuk Rommel. Setelah kekalahan Jerman di
El Alamein Rommel membuat penarikan strategis yang cemerlang ke Tunisia. Banyak
sejarawan berpendapat bahwa berhasilnya Rommel pada penarikan strategis Korps
Afrika dari Mesir lebih mengesankan daripada kemenangannya yang lebih awal
termasuk Tobruk, karena dia berhasil membuat seluruh pasukannya kembali utuh,
melawan keunggulan udara Sekutu dan pasukan Persemakmuran yang sekarang
diperkuat oleh pasukan AS.
1942: Operasi Obor (Torch
Operation), Afrika Utara Perancis
Untuk melengkapi kemenangan ini, pada 8 November 1942 dilancarkanlah Operasi Obor (Operation Torch) dibawah pimpinan
Jendral Dwight Eisenhower. Tujuan utama operasi ini adalah
merebut kontrol terhadap Maroko dan Aljazair melalui pendaratan simultan di Casablanca, Oran, dan Aljazair, yang dilanjutkan beberapa hari
kemudian dengan pendaratan di Bône, gerbang menuju Tunisia.
Pasukan lokal di bawah Perancis Vichy sempat melakukan perlawanan
terbatas, sebelum akhirnya bersedia bernegosiasi dan mengakhiri perlawanan
mereka.
1943: Kalahnya Korps Afrika
Korps Afrika tidak mendapat suplai secara memadai
akibat dari hilangnya pengapalan suplai oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara
Sekutu, terutama Inggris di Laut Tengah. Kekurangan persediaan ini dan tak
adanya dukungan udara, memusnahkan kesempatan untuk melancarkan serangan besar
bagi Jerman di Afrika. Pasukan Jerman dan Italia terjepit di antara pergerakan
maju pasukan Sekutu di Aljazair dan Libya. Pasukan Jerman yang sedang mundur terus
melakukan perlawanan sengit dan Rommel mengalahkan pasukan AS pada Pertempuran Kasserine Pass sebelum menyelesaikan pergerakan
mundur strategisnya menuju garis suplai Jerman. Dengan pasti, bergerak maju
baik dari arah timur dan barat, pasukan Sekutu akhirnya mengalahkan Korps Afrika
Jerman pada 13 Mei 1943 dan menawan 250.000 tentara Axis.
Setelah jatuh ke tangan Sekutu, Afrika Utara dijadikan
batu loncatan untuk menyerang Sisilia pada 10 Juli 1943. Setelah merebut Sisilia pasukan
Sekutu melancarkan serangan ke Italia pada 3 September 1943. Italia menyerah pada 8 September 1943, tetapi pasukan Jerman terus bertahan melakukan
perlawanan. Roma akhirnya dapat direbut pada 5 Juni 1944.
Eropa dan Rusia (Uni Soviet)
1939: Invasi Polandia, Invasi
Finlandia
Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia pada 1 September 1939 yang dilakukan oleh Hitler dengan gerak cepat yang dikenal
dengan taktik Blitzkrieg, dengan memanfaatkan musim panas yang
menyebabkan perbatasan sungai dan rawa-rawa di wilayah Polandia kering dan memudahkan gerak laju pasukan lapis
baja Jerman serta mengerahkan ratusan pembom
tukik yang terkenal Ju-87 Stuka. Polandia yang sebelumnya pernah
menahan Uni Soviet pada tahun 1920-an saat itu tidak
memiliki kekuatan militer yang berarti. Kekurangan pasukan lapis baja, kekurangsiapan
pasukan garis belakang dan koordinasinya dan lemahnya Angkatan Udara Polandia
menyebabkan Polandia sukar memberi perlawanan meskipun masih memiliki 100
pesawat tempur namun jumlah itu tidak berarti melawan Angkatan Udara Jerman "Luftwaffe". Perancis dan kerajaan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman
pada 3 September sebagai komitment mereka terhadap
Polandia pada pakta pertahanan Maret 1939.
Setelah mengalami kehancuran disana sini oleh pasukan Nazi, tiba tiba Polandia dikejutkan oleh serangan Uni
Soviet pada 17 September dari timur yang akhirnya bertemu dengan Pasukan Jerman
dan mengadakan garis demarkasi sesuai persetujuan antara Menteri Luar Negeri
keduanya, Ribentrop-Molotov. Akhirnya Polandia menyerah kepada Nazi Jerman setelah kota Warsawa dihancurkan, sementara sisa sisa
pemimpin Polandia melarikan diri di antaranya ke Rumania. Sementara yang lain ditahan baik
oleh Uni Soviet maupun Nazi. Tentara Polandia terakhir dikalahkan pada 6 Oktober 1939.
Jatuhnya Polandia dan terlambatnya pasukan sekutu yang
saat itu dimotori oleh Inggris dan Perancis dan dibawah komando Jenderal Gamelin dari Perancis membuat Sekutu
akhirnya menyatakan perang terhadap Jerman. Namun juga menyebabkan jatuhnya
kabinet Neville Chamberlain di Inggris yang digantikan oleh Winston Churchill. Ketika Hitler menyatakan perang
terhadap Uni Soviet, Uni Soviet akhirnya membebaskan tawanan perang Polandia
dan mempersenjatainya untuk melawan Jerman. Invasi ke Polandia ini juga
mengawali praktik-praktik kejam Pasukan SS dibawah Heinrich Himmler.
Perang Musim Dingin dimulai dengan invasi Finlandia oleh Uni Soviet, 30 November 1939. Pada awalnya Finlandia mampu menahan pasukan Uni
Soviet meskipun pasukan Soviet memiliki jumlah besar serta dukungan dari armada
udara dan lapis baja, karena Soviet banyak kehilangan jendral-jendral yang
cakap akibat pembersihan yang dilakukan oleh Stalin pada saat memegang tampuk kekuasaan
menggantikan Lenin. Finlandia memberikan perlawanan yang
gigih yang dipimpin oleh Baron Carl Gustav von Mannerheim serta rakyat Finlandia yang tidak
ingin dijajah. Bantuan senjata mengalir dari negara Barat terutama dari
tetangganya Swedia yang memilih netral dalam
peperangan itu. Pasukan Finlandia memanfaatkan musim dingin yang beku namun
dapat bergerak lincah meskipun kekuatannya sedikit (kurang lebih 300.000
pasukan). Akhirnya Soviet mengerahkan serangan besar besaran dengan 3.000.000
tentara menyerbu Finlandia dan berhasil merebut kota-kota dan beberapa wilayah
Finlandia. Sehingga memaksa Carl Gustav untuk mengadakan perjanjian perdamaian.
Ketika Hitler menyerang Rusia (Uni Soviet),
Hitler juga memanfaatkan pejuang-pejuang Finlandia untuk melakukan serangan ke
kota St. Petersburg.
1940: Invasi Eropa Barat,
Republik-republik Baltik, Yunani, Balkan
Dengan tiba-tiba Jerman menyerang Denmark dan Norwegia pada 9 April 1940 melalui Operasi Weserübung, yang terlihat
untuk mencegah serangan Sekutu melalui wilayah tersebut. Pasukan Inggris,
Perancis, dan Polandia mendarat di Namsos, Andalsnes, dan Narvik untuk membantu Norwegia. Pada awal
Juni, semua tentara Sekutu dievakuasi dan Norwegia pun menyerah.
Operasi Fall Gelb, invasi terhadap Benelux dan Perancis dilakukan oleh Jerman pada 10 Mei 1940, mengakhiri apa yang disebut dengan "Perang
Pura-Pura" (Phony War) dan memulai Pertempuran Perancis. Pada tahap awal invasi, tentara Jerman menyerang Belgia, Belanda, dan Luxemburg untuk menghindari Garis Maginot dan berhasil memecah pasukan Sekutu
dengan melaju sampai ke Selat Inggris. Negara-negara Benelux dengan cepat
jatuh ke tangan Jerman, yang kemudian melanjutkan tahap berikutnya dengan
menyerang Perancis. Pasukan Ekspedisi Inggris (British Expeditionary Force) yang terperangkap di utara
kemudian dievakuasi melalui Dunkirk dengan Operasi Dinamo. Tentara Jerman tidak terbendung,
melaju melewati Garis Maginot sampai ke arah pantai Atlantik, menyebabkan Perancis
mendeklarasikan gencatan senjata pada 22 Juni dan terbentuklah pemerintahan boneka Vichy.
Pada Juni 1940, Uni Soviet memasuki Latvia, Lituania, dan Estonia serta menganeksasi Bessarabia dan Bukovina Utara dari Rumania. Jerman bersiap untuk melancarkan
serangan ke Inggris dan dimulailah apa yang disebut dengan Pertempuran Inggris
atau Battle of Britain, perang udara antara AU Jerman Luftwaffe melawan AU Inggris Royal Air Force pada tahun 1940 memperebutkan
kontrol atas angkasa Inggris. Jerman berhasil dikalahkan dan membatalkan Operasi Singa Laut atau Seelowe untuk menginvasi daratan Inggris. Hal
itu dikarenakan perubahan strategi Luftwaffe dari menyerang landasan udara dan
industri perang berubah menjadi serangan besar-besaran pesawat pembom ke
London. Sebelumnya terjadi pemboman kota Berlin yang ddasarkan pembalasan atas
ketidaksengajaan pesawat pembom Jerman yang menyerang London. Alhasil pilot
peswat tempur Spitfire dan Huricane dapat beristirahat. Perang juga
berkecamuk di laut, pada Pertempuran Atlantik kapal-kapal selam Jerman (U-Boat) berusaha untuk menenggelamkan kapal dagang yang membawa suplai kebutuhan ke
Inggris dari Amerika Serikat.
Pada 27 September 1940, ditanda tanganilah pakta tripartit oleh Jerman, Italia, dan Jepang yang secara formal membentuk
persekutuan dengan nama (Kekuatan Poros). Italia menyerbu Yunani pada 28 Oktober 1940 melalui Albania, tetapi dapat ditahan oleh pasukan Yunani yang bahkan
menyerang balik ke Albania. Hitler kemudian mengirim tentara untuk membantu Mussolini berperang melawan Yunani.
Pertempuran juga meluas hingga wilayah yang dikenal sebagai wilayah bekas Yugoslavia. Pasukan NAZI mendapat dukungan
dari sebagian Kroasia dan Bosnia, yang merupakan konflik laten di daerah itu
sepeninggal Kerajaan Ottoman. Namun Pasukan Nazi mendapat
perlawanan hebat dari kaum Nasionalis yang didominasi oleh Serbia dan beberapa etnis lainnya yang
dipimpin oleh Josip Broz Tito. Pertempuran dengan kaum Nazi
merupakan salah satu bibit pertempuran antar etnis di wilayah bekas Yugoslavia
pada dekade 1990-an.
1941: Invasi Uni Soviet
Operasi Barbarossa, invasi Uni Soviet dilakukan oleh Jerman
Operasi Barbarossa (Jerman: Unternehmen Barbarossa)
adalah sebutan invasi tentara Nazi Jerman di Uni Soviet pada Perang Dunia II. Invasi ini dimulai pada tanggal 22 Juni 1941. Lebih dari 4,5 juta tentara dari kekuatan Axis Uni
Soviet menyerbu sepanjang 2.900 km (1.800 mil). Perencanaan untuk Operasi
Barbarossa dimulai pada tanggal 18 Desember 1940; rahasia persiapan dan operasi militer itu sendiri berlangsung hampir satu
tahun, dari musim semi tahun 1940 sampai musim dingin 1941.
Mula-mula pasukan Adolf Hitler menang dengan taktik Blitzkrieg nya, tetapi musim dingin tiba dan
ini adalah sekutu terbaik Rusia. Pasukan Jerman mampu menghancurkan
pasukan-pasukan Uni Soviet namun gagal memperhitungkan kemampuan Uni Soviet
untuk secara terus-menerus memperbarui dan mempersenjatai pasukan baru. Yakin
bahwa Jepang tidak akan menyerang di Timur, Stalin juga menarik pasukan Uni
Soviet dari Siberia untuk mempertahankan Moskwa dan melakukan serangan balik.
Pasukan Jerman dapat menekan sampai beberapa kilometer dari Moskwa, namun
serangan balik Uni Soviet di tengah musim dingin akhirnya berhasil mematahkan
Operasi Barbarossa. Hitler mengharapkan pukulan cepat dan tidak mempersiapkan
perang yang berkelanjutan di tengah musim dingin Rusia.
Tujuan operasional Barbarossa adalah penaklukan cepat Eropa bagian barat Uni Soviet dari jalur
yang menghubungkan kota-kota Arkhangelsk dan Astrakhan, yang sering disebut jalur AA. Pada
akhir bulan Januari 1942, Tentara Merah telah ditolak
Wehrmacht , sebuah pukulan terkuat. Adolf Hitler tidak mencapai kemenangan yang
diharapkan, tetapi situasi Uni Soviet tetap mengerikan. Taktis, Jerman telah
memenangkan beberapa kemenangan gemilang dan menduduki beberapa wilayah ekonomi
paling penting di negeri, terutama di Ukraina. Meskipun keberhasilan ini, Jerman
didesak mundur dari Moskow dan tak pernah me-mount sebuah serangan secara
simultan di sepanjang seluruh Soviet-Jerman strategis depan lagi.
Operasi Barbarossa merupakan kegagalan Hitler dan
menyebabkan tuntutan untuk melakukan operasi lebih lanjut di Uni Soviet, yang
semuanya pada akhirnya gagal, seperti melanjutkan Pengepungan Leningrad, Operasi Nordlicht, dan Pertempuran Stalingrad, pertempuran antara lain di wilayah yang diduduki
Soviet . Operasi Barbarossa masih merupakan operasi militer terbesar, dalam hal
kekuatan pasukan dan korban, dalam sejarah manusia. Kegagalan tersebut
merupakan titik balik dalam keberuntungan Reich Ketiga. Paling penting, Operasi
Barbarossa membuka Blok Timur, di mana pasukan lebih berkomitmen daripada di
medan pertempuran dalam sejarah dunia. Operasi Barbarossa dan daerah-daerah
yang jatuh di bawahnya menjadi tempat beberapa pertempuran terbesar, mematikan,
kekejaman, korban tertinggi, dan kondisi yang paling mengerikan bagi Soviet dan
Jerman - yang semuanya memengaruhi Perang Dunia II dan sejarah abad ke-20.
- Jerman
Teori Nazi tentang Uni Soviet
Pada awal 1925, Hitler membuat rencana akan menyerang Uni Soviet, dan menyatakan bahwa rakyat Jerman
membutuhkan "ruang untuk hidup", yaitu sumber daya alam dan bahwa ini harus dicari di
timur. Kebijakan rasial Nazi Jerman (ideologi Nazi) menyatakan bahwa Uni Soviet
dihuni oleh etnis Slavia dan dikuasai oleh paham Yahudi
Bolshevisme.[23][24]Perjuanganku (catatan Hitler) menyatakan bahwa
takdi Jerman adalah kembali ke "Timur" seperti pada "enam ratus
tahun yang lalu " dan "akhir dominasi Yahudi di Rusia juga akan
menjadi akhir bagi Rusia sebagai suatu negara. Setelah itu, Hitler berbicara
tentang pertempuran yang tak terhindarkan melawan
"cita-cita pan-Slav", dimana kemenangan akan membawa kepada "
penguasaan dunia yang permanen ", walaupun ia mengatakan bahwa mereka akan
"berjalan bersama Rusia, jika dapat membantu kami ". Dengan demikian,
kebijakan Nazi adalah untuk membunuh, mendeportasi atau memperbudak Rusia dan populasi Slavia lainnya dan terisi kembali dengan
bangsa Jermanik.
Nazi-Soviet 1939-1940
Pakta Molotov-Ribbentrop telah ditandatangani lama sebelum Invasi Polandia Jerman dan Soviet pada tahun 1939. Sebuah pakta non-agresi tetapi protokol rahasia diuraikan
bahwa kesepakatan antara Reich Ketiga dan Uni Soviet tentang pembagian perbatasan negara, Pakta ini mengejutkan dunia karena
pihak 'saling bermusuhan dan menentang Ideologi mereka. Sebagai hasil dari
perjanjian itu, Nazi Jerman dan Uni Soviet memiliki hubungan diplomatik cukup
kuat dan hubungan ekonomi yang penting. Memasukkan negara-negara Jerman-Soviet
dalam Perjanjian Komersial (1940) (pakta perdagangan tahun 1940)), di mana
militer Jerman Soviet menerima dan peralatan industri sebagai ganti bahan baku,
seperti minyak, untuk membantu Jerman menghindari blokade Inggris.
Tapi kedua belah pihak sangat curiga terhadap satu
sama lain. Setelah Jerman memasuki Pakta Tripartit dengan Jepang dan Italia, mulai perundingan tentang potensi
Soviet masuk ke dalam pakta. Setelah dua hari perundingan ,12-14 November, di
Berlin, Jerman, diusulkan untuk Soviet masuk Axis. Uni Soviet menawarkan
perjanjian tandingan pada tanggal 25 November 1940, dan Jerman tidak
menjawabnya. Ketika kedua belah pihak mulai berbenturan di Eropa Timur, timbul
konflik dalam membahas beberapa isu terbuka, Januari 1941, walaupun mereka
menandatangani perjanjian perbatasan dan persetujuan komersial.
Rencana invasi Jerman
Reputasi Stalin dalam kontribusi kepada Nazi
tentang pembenaran serangan mereka dan pertempuran mereka sukses. Pada akhir
1930-an, Stalin telah membunuh atau memenjarakan jutaan warga selama Great Purge, termasuk perwira militer yang
kompeten dan berpengalaman, meninggalkan Tentara Merah menjadi lemah dan kehilangan
pemimpin. Nazi sering menekan Soviet secara brutal saat menargetkan propaganda
terhadap Slavia. Propaganda Jerman mengklaim Tentara Merah sedang bersiap-siap
untuk menyerang mereka dan invasi mereka sendiri sebagai pra-efek perang.
Di musim panas 1940, saat Jerman krisis bahan baku dan
potensi benturan dengan Uni Soviet atas wilayah di Balkan muncul, invasi Uni
Soviet tampak solusi satu-satunya. Meskipun tidak ada rencana lagi, pada bulan
Juni, Hitler mengatakan kepada salah seorang jendral bahwa kemenangan di Eropa
Barat "akhirnya membebaskan diri untuk mendapat tugas penting: melawan
Bolshevisme", walaupun Hilter mengatakan bahwa pendudukan Rusia Barat akan
menciptakan "lebih mengeluarkan daripada mendapat bantuan untuk situasi
ekonomi Jerman." Hitler mengantisipasi manfaat tambahan:
- Ketika Uni Soviet dikalahkan, maka kekurangan buruh dalam industri Jerman bisa dibantu oleh demobilisasi tentara.
- Ukraina akan menjadi sumber pertanian.
- Setelah Uni Soviet sebagai sumber pekerja, dapat meningkatkan posisi geostrategis Jerman.
- Kekalahan dari Uni Soviet akan semakin mengisolasi Sekutu, terutama Inggris.
- Perekonomian Jerman membutuhkan lebih banyak minyak dan mengendalikan tambang minyak akan tercapai; seperti perkataan Albert Speer, Menteri Jerman Produksi Peralatan Perang dan Perang, dalam wawancara, "kebutuhan minyak jelas motif utama" dalam keputusan untuk menyerbu.
Pada tanggal 5 Desember, Hitler menerima rencana
militer untuk invasi, dan disetujui, dengan mulai dijadwalkan pada Mei 1941.
Pada tanggal 18 Desember 1940, Hitler menandatangani Directive Perang Nomor 21
kepada Komando Tinggi Jerman untuk operasi dengan nama sandi "Operasi
Barbarossa" yang menyatakan : "Wehrmacht Jerman harus siap untuk
menghancurkan Rusia dalam kampanye yang cepat." Operasi ini diberi nama Kaisar Frederick Barbarossa dari Kekaisaran Karoling, seorang pemimpin dari Perang Salib Ketiga pada abad ke-12. Invasi ditetapkan mulai 15 Mei 1941.
Pada bulan Desember, Stalin mengingatkan para jenderal Uni Soviet tentang
perhatian Hitler bahwa mereka harus selalu siap untuk menahan serangan Jerman
dan Hitler berpikir bahwa Tentara Merah akan memerlukan empat tahun untuk
persiapan diri. Oleh karena itu, "kita harus siap lebih awal" dan
"kami akan mencoba untuk menunda perang selama dua tahun lagi."
Pada musim gugur 1940, pejabat tinggi Jerman merancang
sebuah memorandum mengenai bahaya invasi Soviet. Mereka mengatakan Ukraina, Belarussia dan Baltik Serikat akan berakhir sebagai beban
ekonomi saja bagi Jerman. Pejabat Jerman lainnya berpendapat bahwa Soviet dalam
bentuk birokrasi tidak berbahaya, pendudukan tidak akan menghasilkan keuntungan
bagi Jerman.
Hitler mengabaikan penentang ekonomi Jerman, meskipun
Jenderal George Thomas
telah menyiapkan laporan konsekuensi negatif ekonomi dari invasi Soviet.
Di mulai pada bulan Maret 1941, Cetak biru Goering
menyatakan usulan secara rinci tentang ekonomi Uni Soviet setelah invasi.
Seluruh penduduk Kota dibuat kelaparan sampai mati, sehingga menciptakan sebuah
surplus pertanian untuk memberi makan Jerman dan memungkinkan penggantian
penduduk kota dengan orang kaya Jerman. Selama Percobaan Nuremberg pada tahun 1946, Sir Hartley Shawcross mengatakan bahwa pada Maret 1941 divisi
administratif sebelumnya dibuat di Timur Rusia, telah direncanakan:
- Ural (Ural pusat dan selatan serta wilayah terdekat, direncanakan reorganisasi wilayah dari timur Eropa Rusia)
- Siberia Barat ( Siberia barat dan Novosibirsk)
- Nordland (daerah Soviet Arktik: Rusia pantai utara Eropa dan barat laut Siberia pantai utara)
Di musim panas 1941, Jerman Nazi-ideologis Alfred Rosenberg menyarankan bahwa menaklukkan
wilayah Uni Soviet harus diberikan berikut kantor pemerintahannya:
- Pemerintahan Ostland (negara-negara Baltik dan Belarusia)
- Pemerintahan Ukraina (Ukraina dan wilayah sekitarnya)
- Pemerintahan Kaukasus (Rusia Selatan dan Kaukasus)
- Pemerintahan Moskow (Moskow metropolitan dan sisanya dari Eropa Rusia)
- Turkistan (wilayah Asia Tengah)
Kebijakan Nazi bertujuan untuk menghancurkan Uni
Soviet sebagai entitas politik sesuai dengan geopolitik untuk kepentingan masa depan
generasi " Arya ".
Operasi Barbarossa adalah untuk menggabungkan serangan
ke arah utara Leningrad, sebuah simbolis merebut Moskow,
dan strategi ekonomi merebut ladang minyak di selatan di luar Ukraina. Hitler
dan para jendralnya yang tidak setuju pada aspek-aspek ini harus memperoleh
prioritas dan Jerman harus memfokuskan energi; menentukan prioritas diperlukan
kompromi. Hitler menganggap dirinya politikus dan militer jenius. Ketika merencanakan Barbarossa
selama tahun 1940 dan 1941, dalam banyak diskusi dengan para jenderalnya,
Hitler mengulangi perintah: "Leningrad pertama, kedua Basin Donetsk,
Moskow ketiga." Hitler tidak sabar untuk melanjutkan invasi ke timur. Ia
yakin Inggris akan menuntut perdamaian setelah Jerman menang di Uni Soviet.
Jenderal Franz Halder mencatat dalam buku hariannya itu,
bahwa dengan menghancurkan Uni Soviet Jerman akan menghancurkan harapan
kemenangan Inggris.
Hitler terlalu percaya diri dari keberhasilan yang
pesat di Eropa Barat dan kebodohan Tentara Merah dalam Perang Musim Dingin melawan Finlandia pada 1939-40. Dia mengharapkan
kemenangan dalam waktu beberapa bulan, namun tidak mempersiapkan diri untuk
sebuah perang yang berlangsung dalam musim dingin.
Pertempuran Stalingrad yang terjadi pada 23 Agustus 1942 hingga 2 Februari 1943, merupakan pertempuran sengit antara Jerman dan sekutunya melawan Uni Soviet, memperebutkan kota Stalingrad (yang sekarang bernama Volgograd), dalam Perang Dunia II. Pertempuran ini dianggap sebagai
titik balik Perang Dunia II, dan sebagai pertempuran paling
berdarah sepanjang sejarah, dimana 1,5 juta orang lebih terbunuh dari kedua
pihak. Kedua pihak bertempur dengan brutal dan tidak memperdulikan korban warga sipil. Pertempuran ini terdiri dari
beberapa fase, yaitu pengepungan Jerman terhadap Stalingrad, pertempuran
dalam kota, serangan balik Soviet, serta pengepungan serta
penghancuran kekuatan-kekuatan Poros di sekitar Stalingrad, yang
ditulangpunggungi Tentara Keenam Jerman.
Latar Belakang
Pada bulan Juni 1942, Tentara Jerman (Wehrmacht) melancarkan kampanye musim panas
kedua mereka terhadap Uni Soviet, yang disebut Operation Blau (Operasi Biru). Sebelumnya dalam operasi Barbarossa, Wehrmacht dihalau di pintu gerbang
Moskow pada musim dingin 1941-1942. Operasi Biru diarahkan ke Rusia selatan dengan tujuan merebut
ladang minyak di Baku, Azerbaijan, dan membuka jalan untuk menguasai
ladang-ladang minyak di Timur Tengah. Pasukan penyerbu Jerman dibagi dua
kekuatan, Grup Tentara A menyerbu Kaukasus dan Grup Tentara B menuju sungai Volga dan kota Stalingrad.
Pentingnya Stalingrad
Pada mulanya, Tentara Merah Soviet memilih untuk bergerak
mundur guna membuat jalur logistik pasukan Jerman keteteran dengan memanfaatkan
luasnya wilayah Uni Soviet. Akan tetapi kemudian Stalin memerintahkan pasukannya untuk
bertahan di Stalingrad, yang secara harfiah berarti "kota Stalin".
Selain karena menyandang nama Stalin, kota Stalingrad juga penting karena
merupakan kota industri terbesar di tepi sungai Volga
(jalur transportasi penting ke Laut Kaspia). Jatuhnya Stalingrad ke tangan
Jerman akan memudahkan gerak maju pasukan Jerman menuju Kaukasus, yang memiliki
cadangan minyak besar yang amat dibutuhkan oleh Jerman.
Jalannya pertempuran
Menurut perkiraan, sekitar empat puluh ribu tentara
dari kedua belah pihak terbunuh dalam setiap harinya. Fuhrer Adolf Hitler memerintahkan pasukannya agar dalam
kondisi apapun, kota Stalingrad harus direbut. Akibatnya pasukan Jerman
bertempur mati-matian untuk merebut kota tersebut. Namun, rakyat dan tentara di
kota Stalingrad juga melakukan perlawanan yang sangat kuat sehingga pasukan
Nazi dapat dihadang.
Sementara pasukannya terjebak dalam perang mati-matian
di Stalingrad, Komando Tertinggi Jerman tidak menyadari bahwa Stalin telah
mengumpulkan bala bantuan untuk menghancurkan pasukan Jerman dalam suatu
kampanye musin dingin. Serangan balasan Uni Soviet dilancarkan pada bulan November 1942 ketika salju mulai turun. Serangan tersebut dengan
cepat menggulung pasukan Italia, Rumania, dan Hungaria yang melindungi garis belakang
Angkatan Darat ke-6 Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang beroperasi di
Stalingrad terkepung.
Sebenarnya, Jerman memiliki kesempatan untuk menarik
mundur pasukannya sebelum Tentara Merah menyelesaikan kepungannya. Akan tetapi,
Hitler bersikeras agar pasukannya tetap bertahan di Stalingrad dan
memerintahkan Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) untuk mengirimkan
perbekalan bagi mereka. Akan tetapi, musim dingin yang ganas menghalangi usaha
tersebut sehingga bantuan yang dikirimkan tidak cukup untuk memberi makan
330.000 prajurit Jerman dan sekutunya yang berada di Stalingrad.
Suatu usaha lain untuk membebaskan pasukan Jerman yang
terkepung dilakukan dengan mengirimkan Tentara Grup Don pimpinan Marsekal Erich von Manstein, salah seorang ahli strategi Jerman
yang cemerlang. Akan tetapi, serangan tersebut berhasil dihentikan oleh bala
bantuan Soviet yang masih segar di Kotelnikovo. Akhirnya, ketika dihadapkan pada
kemungkinan terkepung, von Manstein menarik mundur pasukannya dan meninggalkan
rekan-rekannya di Stalingrad menunggu nasib.
Pada tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah dibawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan umum ke
Stalingrad dan dengan cepat menggulung pasukan Poros yang sudah kelelahan dan
menderita kelaparan dan penyakit. Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa
menyerah.
Para sejarawan menilai, kekalahan Jerman di Stalingrad
merupakan awal dari kejatuhan Nazi. Hingga kini pertempuran ini
dianggap sebagai pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah
manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 3 juta jiwa.
1944: Serangan Balik
Invasi Normandia yang nama kodenya adalah Operasi
Overlord, adalah sebuah operasi pendaratan yang dilakukan oleh
pasukan Sekutu saat Perang Dunia II pada tanggal 6 Juni 1944. Hingga kini Invasi Normandia merupakan invasi laut terbesar dalam sejarah, dengan
hampir tiga juta tentara menyeberangi Selat Inggris dari Inggris ke Perancis yang diduduki oleh tentara Nazi Jerman.
Mayoritas satuan tempur pada serangan ini adalah
pasukan Amerika Serikat, Britania Raya, dan Kanada. Pasukan Kemerdekaan Perancis dan pasukan Polandia ikut bertempur setelah fase
pendaratan. Selain itu, pasukan dari Belgia, Cekoslowakia, Yunani, Belanda, dan Norwegia juga turut serta.
Invasi Normandia dibuka dengan pendaratan parasut dan glider pada dini hari, serangan udara dan artileri laut, dan pendaratan amfibi pagi
hari, pada 6 Juni, D-Day. Pertempuran untuk menguasai
Normandia berlanjut selama lebih dari dua bulan, dengan kampanye untuk menembus
garis pertahanan Jerman dan menyebar dari pantai yang sudah dikuasai Sekutu.
Invasi ini berakhir dengan dibebaskannya Paris, dan jatuhnya kantong Falaise pada akhir Agustus 1944.
Persiapan
Persiapan sekutu
Setelah invasi Jerman terhadap Uni Soviet (Operasi Barbarossa), Sovietlah yang melakukan mayoritas pertempuran menghadapi Jerman di Eropa. Presiden Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Winston Churchill pada tahun 1942 menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Britania Raya siap membuka "front kedua"
di Eropa untuk membantu Uni Soviet menghadapi Jerman, pernyataan ini dinyatakan
lagi pada musim semi tahun 1943.
Britania Raya, di bawah Winston Churchill, ingin
menghindari serangan langsung seperti pada Perang Dunia I yang pasti akan menyebabkan banyak
korban. Mereka juga lebih menyukai menggunakan taktik terselubung dengan
membantu para pemberontak yang diduduki Jerman, lalu
melakukan serangan dari Mediterania, ke Wina, lalu memasuki Jerman dari selatan. Cara seperti ini
juga dianggap dapat membatasi masuknnya Soviet ke Eropa.
Namun Amerika Serikat menganggap bahwa cara paling optimal adalah serangan langsung dari markas Sekutu yang paling dekat dan besar.
Mereka sangat menginginkan metode ini dan menyatakan bahwa hanya cara inilah
yang akan mereka dukung dalam jangka panjang. Dua proposal awal direncanakan: Operasi Sledgehammer, yang merupakan invasi untuk tahun 1942, dan Operasi Roundup, yaitu invasi lebih besar pada
tahun 1943. Proposal yang kedua diterima, lalu diganti namanya
menjadi Operasi Overlord dan ditunda sampai 1944.
Sekitar 6.900 kendaraan laut, termasuk 4.100 kendaraan
pendarat, digunakan untuk invasi ini, dipimpin oleh Admiral Bertram Ramsay. Kemudian 12.000 pesawat terbang, termasuk 1.000 pesawat pembawa
penerjun payung, berada di bawah Marsekal Udara Trafford Leigh-Mallory. 10.000 ton bom akan dijatuhkan ke pertahanan Jerman dan
pesawat-pesawat ini akan melakukan 14.000 misi serangan.
Peralatan khusus
Untuk melancarkan jalannya invasi ini pihak Sekutu
mengembangkan banyak peralatan khusus. Mayor-Jenderal Percy Hobart ditugaskan untuk mengetuai
pengembangan kendaraan lapis baja khusus. Kendaraan-kendaraan ini yang dijuluki Hobart’s Funnies, antara lain tank yang bisa berenang Sherman Duplex Drive, tank pembersih ranjau, tank pembuat jembatan, tank
pembuat jalanan dan tank khusus untuk menghancurkan gedung beton. Pengetesan
kendaraan-kendaraan ini dilakukan di Kirkham Priory di Yorkshire, Inggris.
Selain kendaraan lapis baja, dibuat juga dua pelabuhan
buatan Mulberry Harbour agar bisa mendatangkan persediaan
secara cepat, ditambah dengan tidak adanya pelabuhan laut dalam di lokasi
pendaratan. Untuk mengirimkan bahan bakar dari Inggris, Sekutu menjalankan Operasi PLUTO (Pipe Line Under The Ocean),
yaitu jalur pipa bawah laut.
Persiapan Jerman
Pada tahun 1942 dan 1943, Jerman menganggap bahwa
kemungkinan serangan Sekutu dari barat sangat kecil. Persiapan menghadapi
invasi hanya berupa pembangunan fortifikasi yang melindungi pelabuhan-pelabuhan utama oleh Organisasi Todt.
Pada akhir 1943, berkumpulnya kekuatan Sekutu di
Inggris menyebabkan Komandan Bagian Barat Jerman, Marsekal Medan Gerd von Rundstedt meminta tambahan pasukan. Pasukan
yang dimiliki sebelumnya hanya merupakan formasi statik saja, tanpa alat-alat
transportasi dan peralatan dukungan. Selain itu pasukan itu terdiri dari
tentara yang tidak sempurna secara fisik (misalnya orang-orang yang kehilangan
jarinya oleh dinginnya Front Timur) atau merupakan wajib militer Polandia dan negara non-Jerman lainnya.
Selain tambahan pasukan, von Rundstedt mendapatkan
anak buah baru Marsekal Medan Erwin Rommel. Rommel awalnya hanya ditugaskan
untuk memeriksa Tembok Atlantik, namun kemudian meminta untuk
diberi tugas memimpin pasukan pertahanan Perancis utara, Belgia, dan Belanda. Permintaan ini dipenuhi dan
pasukan yang dipimpinnya digabungkan dalam Grup B Angkatan Darat pada Februari 1944.
Pendaratan
Pendaratan udara
Pendaratan udara Britania Raya
Di timur lokasi pendaratan laut, terdapat wilayah yang
terbuka dan datar yang ideal untuk serangan kendaraan lapis baja Jerman. Namun wilayah terbuka tersebut dan lokasi
pendaratan laut dipisahkan oleh Sungai Orne, yang mengalir dari Caen sampai Tanjung Seine. Satu-satunya penyeberangan sungai
ini di utara Caen berada tujuh kilometer dari lokasi pendaratan laut, yaitu
di dekat Bénouville dan Ranville. Untuk Jerman, ini merupakan
satu-satunya rute untuk serangan balik dari samping timur, sementara bagi
Sekutu penyeberangan ini sangat penting untuk serangan ke Caen.
Objektif taktis Divisi Lintas Udara ke-6 Britania Raya
adalah merebut jembatan-jembatan penyebrangan di Bénouville-Ranville, bertahan
menghadapi serangan balik Jerman, menghancurkan meriam artileri di Merville yang menembak ke Pantai Sword dan
menghancurkan lima jembatan di Sungai Dives.
Pendaratan udara Amerika Serikat
Pendaratan udara Amerika Serikat dilakukan oleh Divisi
Lintas Udara ke-82 (Operasi Detroit) dan 101 (Operasi Chicago). Pada saat pendaratan, para
penerjun payung tersesat dan tidak dapat berkumpul dengan
baik. Ini dikarenakan oleh lokasi pendaratan yang tidak ditandai, cuaca yang buruk dan medan yang sulit.
Setelah 24 jam hanya 2.500 dari 6.000 anggota Divisi Lintas Udara 101 yang
telah bergabung kembali. Tetapi, tersebarnya pasukan penerjun payung Amerika Serikat membantu
membingungkan tentara Jerman.
Pada pagi hari tanggal 6 Juni, Divisi Lintas Udara
ke-82 berhasil merebut Sainte-Mère-Église kota pertama yang direbut pada
invasi ini.
Pantai Sword
Serangan pada Pantai Sword dimulai pada jam 03.00
dengan serangan udara ke pertahanan laut dan artileri Jerman. Serangan artileri laut dimulai
beberapa jam kemudian. Pada jam 07.30 satuan-satuan pertama berhasil mendarat
di pantai. Satuan ini adalah satuan tank Sherman Duplex Drive milik Hussar ke-13/18 yang
diikuti oleh infanteri Brigade ke-8.
Pada Pantai Sword, infanteri Britania Raya berhasil mendarat dengan sedikit
korban. Pada akhir hari itu, mereka berhasil maju sejauh delapan kilometer, tetapi gagal mendapatkan target
ambisius Montgomery khususnya Caen yang merupakan objektif utama yang
tetap dikuasai Jerman sampai akhir D-Day.
Pantai Juno
Pasukan Kanada yang mendarat di Pantai Juno
berhadapan dengan 11 meriam berat 155 mm dan 9 meriam sedang 75
mm, juga senapan mesin, bunker, dan fortifikasi beton lainnya. 50%
gelombang pertama yang mendarat tewas, pendaratan ini adalah pendaratan pantai
dengan jumlah korban tertinggi ke-2 setelah Pantai Omaha. Pemakaian Sherman DD
termasuk sukses di Pantai Juno dengan beberapa yang sesuai rencana, sampai
duluan sebelum infanteri dan membantu menghancurkan pertahanan Jerman.
Pantai Gold
Korban juga banyak pada Pantai Gold, di mana
kedatangan tank perenang Sherman DD tertunda dan Jerman telah memfortifikasi
sebuah desa di pantai dengan baik. Namun Divisi Infanteri ke-50
berhasil mengalahkan pertahanan ini dan maju sampai dekat Bayeux. Divisi ini adalah salah satu yang bergerak paling jauh dan mendekati objektif utamanya.
Pantai Omaha
Pendaratan di Pantai Omaha merupakan pendaratan yang
paling banyak memakan korban. Elemen Divisi Infanteri ke-1 dan ke-29 Amerika Serikat berhadapan dengan Divisi Infanteri
ke-352 Jerman, salah satu divisi yang paling berpengalaman di invasi pantai
ini. Intelijen Sekutu gagal mengetahui bahwa
Divisi Infanteri Statik ke-714 yang relatif berkualitas rendah digantikan oleh
Divisi ke-352 beberapa hari sebelum invasi. Omaha merupakan pantai dengan
pertahanan yang paling berat dan serangan udara serta artileri sebelum invasi
ternyata tidak efektif.
Di bagian timur, 27 dari 32 tank Sherman DD tidak
sampai ke pantai. Di bagian Barat, tank DD berhasil mendarat namun banyak yang
hancur oleh artileri Jerman. Data resmi mengatakan bahwa "10 menit setelah
mendarat, kompi [pemimpin] menjadi tidak berfungsi,
tanpa komandan dan hampir sama sekali tidak bisa bertempur. Setiap perwira dan sersan telah tewas atau terluka [...] Ini
berubah menjadi perjuangan untuk bertahan dan penyelamatan". Korban pada
Pantai Omaha sampai 2.400 orang pada jam-jam pertama. Beberapa komandan sempat
ingin mundur dari pantai itu, tetapi beberapa satuan kecil membentuk tim-tim ad hoc yang akhirnya berhasil menguasai
pantai dan maju masuk ke daratan.
Pointe du Hoc
Point du Hoc merupakan tempat penempatan meriam yang
berada pada tebing beton tinggi. Di sini Batalyon
Ranger ke-2 yang dipimpin oleh James Earl Rudder, ditugaskan untuk memanjat
tebing-tebing setinggi 30 meter tersebut dengan menggunakan tali,
lalu menghancurkan meriam-meriam di atas yang diperkirakan menembak ke Pantai
Omaha dan Utah. Tetapi setelah tiba di atas tebing ternyata meriam-meriam
tersebut sudah dipindahkan. Para Ranger kemudian maju masuk ke daratan lalu
akhirnya menemukan dan menghancurkan meriam-meriam tersebut.
Pantai Utah
Pendaratan di Pantai Utah merupakan pendaratan dengan
korban paling sedikit. Divisi Infanteri ke-4 yang mendarat di pantai ini
ternyata mendarat di tempat yang salah karena arus yang mendorong kendaraan pendarat mereka ke arah tenggara ke daerah yang tidak dijaga dengan
baik. Divisi ini kemudian maju ke daratan dengan mudah, ditambah dengan bantuan
dari Resimen Infanteri Parasut ke-502 dan 506. Dengan korban yang sangat
sedikit mereka juga dapat bergerak dengan cepat dengan tingkat kesuksesan yang
sangat tinggi.
Setelah pendaratan
Setelah pantai dikuasai, dua pelabuhan buatan Mulberry Harbour diderek melalui Selat Inggris dan selesai dirakit pada D+3 (9 Juni). Satu dibuat di Arromanches oleh pasukan Britania Raya dan satu
lagi di Pantai Omaha oleh Amerika Serikat. Pada tanggal 19 Juni sebuah badai menunda kegiatan pengiriman
persediaan dan menghancurkan pelabuhan buatan di Pantai Omaha. Ketika itu,
Britania Raya sudah mendaratkan 314.547 orang, 54.000 kendaraan, dan 102.000 ton persediaan. Sementara Amerika Serikat telah
mendaratkan 314.504 orang, 41.000 kendaraan, dan 116.000 ton persediaan.
Serangan
terhadap Cherbourg
Di bagian barat invasi, pasukan Amerika Serikat
ditugaskan untuk menguasai Semenanjung Cotentin, khususnya Cherbourg, yang memiliki pelabuhan laut dalam. Wilayah di belakang
pantai Utah dan Omaha dicirikan oleh bocage, yaitu parit kuno dan pagar tanaman yang
tebalnya sampai tiga meter, tersebar setiap 100 sampai 200
meter, membuatnya sangat menyulitkan untuk tank, peluru, dan penglihatan dan
menjadi tempat bertahan yang ideal. Infanteri Amerika Serikat maju menuju
Cherbourg dengan lambat dan dengan banyak korban. Bagian ujung semenanjung baru
didatangi pada 18 Juni. Setelah melawan pasukan Sekutu dengan
gigih, komandan Cherbourg Letnan Jenderal von Schlieben, akhirnya menyerah
setelah sebelumnya sempat menghancurkan pelabuhan Cherbourg yang membuat
pelabuhan itu baru bisa dipakai pada pertengahan Agustus.
Caen
Caen dianggap sebagai objektif yang
penting oleh Montgomery, maka Caen menjadi target beberapa serangan. Serangan
pertama adalah Operasi Perch yang mencoba menyerang Jerman lewat
samping di Villers-Bocage. Tapi serangan ini dihentikan oleh
Jerman pada Pertempuran Villers-Bocage. Usaha serangan sempat tertunda
karena badai yang menghentikan laju persediaan pada 17 sampai 23 Juni, walau begitu, serangan balik
Jerman bisa dihentikan pada Operasi Epsom, dikarenakan serangan balik tersebut
sudah diketahui oleh intelijen. Caen kemudian dihujani bom dari pesawat, dan bagian utaranya berhasil
diduduki pada Operasi Charnwood, 7 sampai 9 Juli. Ini kemudian dilanjutkan dengan
serangan besar-besaran yang dipimpin Jenderal Miles Dempsey, yang diikuti oleh seluruh divisi
lapis baja Britania Raya, Operasi Goodwood, 18 sampai 21 Juli, berhasil menguasai sisa Caen
beserta dataran tinggi di bagian selatannya.
Menembus garis pantai
Strategi penting yang dilakukan Montgomery adalah
membuat Jerman memfokuskan pasukan cadangan mereka ke bagian timur invasi agar
garis pertahanan Jerman bisa ditembus di bagian barat. Strategi ini berhasil,
dan setelah Operasi Goodwood, Jerman telah memobilisasikan sisa pasukan
cadangan mereka untuk menghadapi pasukan Britania Raya dan Kanada di selatan
Caen. Operasi untuk menembus garis pantai (beachhead), yang dinamakan Operasi Kobra, dilakukan pada tanggal 24 Juli oleh First Army Amerika Serikat.
Operasi ini berhasil dengan baik, Korps VIII berhasil menembus pertahanan
Jerman dan memasuki Coutances, di bagian barat Semenanjung Cotentin, pada 28 Juli.
Montgomery lalu melanjutkan serangan di bagian barat
dengan bergerak ke selatan, kemudian divisi-divisi lapis baja Britania Raya
dibuat ikut maju ke selatan bersama dengan Third Army Amerika Serikat pada Operasi Bluecoat, 30 Juli sampai 7 Agustus. Serangan ini berhasil membuat
Jerman terpaksa mengalihkan pasukan ke arah barat, yang kemudian
ditindak-lanjuti oleh Britania Raya dan Kanada yang maju dari Caen pada Operasi Totalize, 7 Agustus.
Kantong Falaise
Dengan hampir terkepungnya Jerman oleh pasukan Sekutu,
Komando Tinggi Jerman menginginkan pasukan cadangan Jerman dari daerah sekitar
untuk membantu mundurnya pasukan Jerman ke sungai Seine. Namun keinginan ini
ditolak oleh Hitler, yang memerintahkan serangan ke Mortain, bagian barat kantong Falaise, pada
7 Agustus. Serangan ini dimentahkan oleh
Sekutu, yang lagi-lagi mendapat pemberitahuan duluan oleh intelijen. Rencana awal Sekutu setelah itu
adalah untuk mengitari pasukan Jerman sampai sejauh lembah Loire, tetapi Jenderal Omar N. Bradley menyadari kalau pasukan Jerman
sudah tidak bisa bergerak, dan setelah mendapat persetujuan dari Montgomery, ia
memerintahkan untuk langsung menuju ke utara dan mengepung Jerman. Perintah ini
dilaksanakan oleh George S. Patton, pasukannya bergerak hampir tanpa perlawanan melalui Le Mans, lalu ke utara menuju Alençon. Pasukan Jerman akhirnya terkepung
pada tanggal 21 Agustus, dengan 50.000 tentara Jerman
terperangkap di kantong Falaise.
Paris berhasil direbut tak lama kemudian.
Pemberontak Perancis berdiri menghadapi Jerman pada 19 Agustus, dan Divisi Lapis Baja ke-2
Perancis yang dipimpin Jenderal Jacques Leclerc, bersama dengan Divisi Infanteri
ke-4 Amerika Serikat menerima penyerahan pasukan Jerman di Paris pada 25 Agustus.
Penutupan invasi
Kampanye Normandia menurut beberapa sejarawan berakhir
pada tengah malam 24-25 Juli 1944, yaitu pada awal Operasi Kobra, atau pada tanggal 25 Juli, dengan direbutnya Sungai Seine. Rencana awal Operasi Overlord
memperkirakan kampanye sepanjang 90 hari di Normandia, dengan tujuan akhir
mencapai Sungai Seine; target ini tercapai dengan lebih cepat. Pihak Amerika Serikat berhasil mencapai target mereka
lebih awal dengan penembusan besar pada Operasi Kobra.
Kemenangan Sekutu di Normandia kemudian dilanjuti
dengan usaha untuk menguasai perbatasan Perancis, dan Jerman terpaksa mengirim pasukan dan
sumber daya dari Front Timur dan Italia untuk membantu pasukan mereka di
front baru ini.
1945: Runtuhnya Kekuasaan Nazi
Jerman
Pada akhir bulan april 1945, ibukota Jerman yaitu
Berlin sudah dikepung oleh Uni Soviet dan pada tanggal 1 Mei 1945. Adolf Hitler bunuh diri dengan cara menembak
kepalanya sendiri bersama dengan istrinya Eva Braun di dalam bunkernya, sehari
sebelumnya Adolf Hitler menikahi Eva Braun dan setelah mati memerintah
pengawalnya untuk membakar mayatnya. Setelah menyalami setiap anggotanya yang
masih setia. Pada tanggal 2 Mei, Karl Döenitz diangkat menjadi pemimpin
menggantikan Adolf Hitler dan menyatakan Berlin menyerah pada
tanggal itu juga. Disusul Pasukan Jerman di Italia yang menyerah pada tanggal 2 juga.
Pasukan Jerman di wilayah Jerman Utara, Denmark dan Belanda menyerah tanggal 4.
Sisa pasukan Jerman dibawah pimpinan Alfred Jodl menyerah tanggal 7 mei di Rheims, Perancis. Tanggal 8 Mei, penduduk di
negara-negara sekutu merayakan hari kemenangan, tetapi Uni Soviet merayakan hari kemenangan pada
tanggal 9 Mei dengan tujuan politik.
Akibat perang
Bidang Politik
- Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi negara pemenang dalam Perang Dunia II dan tumbuh menjadi negara adikuasa (superpower).
- Menimbulkan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
- Timbul negara-negara merdeka seperti Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka dan Filipina.
- Beberapa negara terpecah seperti Korea, Vietnam dan Jerman.
- Dibentuknya pakta pertahanan seperti NATO dan Pakta Warsawa.
Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi terjadi depresi yang sangat luas.
Pengangguran terjadi di mana-mana. Negara yang kalah perang kekurangan modal
untuk membangun kembali negaranya. Amerika Serikat menawarkan berbagai bantuan
program pembangunan (penanaman modal dan pinjaman modal). Berikut ini berbagai
bentuk bantuan ekonomi dari Amerika Serikat.
- Truman Doctrine yang diarahkan untuk membantu Turki dan Yunani.
- Marshall Plan diprogramkan untuk membangun kembali Eropa.
- Point Four Truman diarahkan untuk bantuan bagi negara-negara yang masih terbelakang, terutama di Asia.
- Colombo Plan yang disponsori Inggris ingin membentuk kerja sama ekonomi dan kebudayaan.