Selasa, 25 Desember 2012

Janissary satuan elit militer Kekaisaran Ottoman dan pasukan terhebat di Eropa



Janissaries (from Ottoman Turkish يکيچرى Yeniçeri yang artinya “prajurit baru”) adalah prajurit yang paling terkenal dan ditakuti di Eropa selama berabad-abad, dari awal dibentuknya mereka pada awal masa kekaisaran Ottoman, bahkan hingga keruntuhannya pada tahun 1826. Image tentang Janissari pada masa jayanya hampir selalu digambarkan dengan prajurit yang tangguh, disiplin, dan tak kenal kata mundur.

ASAL MUASAL dan LEGENDA

Semua berawal dari sebuah negara kecil (Beyliks) di Soghut yg dipimpin oleh Utsman I. Sebagai sebuah negara kecil yang berbatasan langsung dengan Byzantium, Ottoman banyak melakukan peperangan baik besar maupun kecil dengan Byzantium dan menjadi pelindung serta perisai bagi keamanan kesultanan Seljuk. Berbagai macam prajurit digunakan oleh Ottoman, baik kavaleri maupun infantri.

Pada awalnya, pasukan Ottoman mirip dengan Beylik lain di Anatolia, pasukan itu antara lain Kavaleri Musellem dan Yaya Infantry, dan tak lupa pula para Ghazi. Pada masa Orkhan Ghazi (Orkhan Bey) -Putra Utsman I- mulai dibentuk pasukan Kapikhalki (Qapikulu/Kapikulu) sebagai pengawal pribadi yang terdiri dari para full time infantry menggantikan pasukan berkuda yang cenderung setia pada klan tertentu (nantinya Qapikulu ini berubah menjadi kesatuan kavaleri yang mengawal Sultan). Pasukan ini terinspirasi dari pasukan Bizantium yang bernama Murtatoi, yang pada masa itu adalah infantry pemanah yang efektif. Sebenarnya, nama Janissari juga muncul sebelum masa Ottoman. Pasukan itu adalah Ianitsarrai/Ginetari/Jenizzeri, kesatuan pasukan light cavalry Bizantium. Entah bagaimana nama ini mirip dengan nama kesatuan pasukan elit Turki Ottoman yang terbaru.

Sulit untuk membedakan mana sejarah dan legenda pembentukan Janissari. Legenda mengatakan bahwa Janissari dibentuk pada masa Orkhan Ghazi. Latar belakang pembentukan ini adalah fakta bahwa pasukan Ottoman dikumpulkan dari berbagai macam klan, yang kesetiaannya dipertanyakan. Di samping itu pada setiap kampanye militer, para pasukan yg berasal dari klan-klan ini meminta jatah barang rampasan yang jumlahnya besar. Oleh karena itu, Orkhan Ghazi meminta pendapat dari para penasehatnya untuk membuat suatu pasukan baru yang hanya loyal kepada Ottoman. Penasehat tersebut adalah Alauddin, Ali Pasha, dan Çandarlı Kara Halil Khairuddin Pasha. Alauddin mengusulkan supaya dibentuk suatu pasukan yang profesional, yang dibayar secara rutin dan siap jika sewaktu-waktu ada pertempuran, maka dibentuklah Piyade/Yaya Infantry. Sedangkan Çandarlı Kara Halil Khairuddin Pasha mengusulkan agar pasukan tersebut dibentuk dari orang-orang yang telah ditaklukkan, beliau berkata :

“The conquered are the the responsibility of the conqueror, who is the lawful ruler of them, of their lands, of their goods, of their wives, and of their children. We have a right to do, same as what we do with our own; and the treatment which I propose is not only lawful, but benevolent. By enforcing the enrolling them in the ranks of the army, we consult both their temporal and eternal interests, as they will be educated and given a better life conditions.”

Maka Orkhan Ghazi menerima usulan tersebut dan melakukan rekruitmen pasukan dari para tahanan dan anak=anak dari orang-orang Kristen, yang diambil dari daerah-daerah yang ditaklukkan Ottoman. Ali Pasha (yang merupakan pengikut Tarikat Bektashi) mengusulkan agar pasukan ini menggunakan topi khas berwarna putih yang dinamakan Ak Börk untuk membedakan mereka dan asal mereka dengan pasukan lainnya. Pengaruh dari Tarikat Darwis Bektashi ini juga nampak dalam model seragam Janissari. Bektashi menjadi aliran keagamaan resmi dalam ketentaraan Janissari sejak Haji Bektashi Wali memberikan berkat pada kesatuan pertama Janissari.

Akhirnya dibentuklah suatu pasukan baru yang dinamakan Janissari (Yeniçeri). Tidak jelas bagaimana terminologi Janissari (Yenicheri=Pasukan baru) ini muncul. Apakah terpengaruh oleh nama kesatuan dari Bizantium tadi atau memang kebetulan “pasukan baru” dalam bahasa Turki adalah Yeniçeri. Battalion (Orta) pertama Janissari awalnya adalah suplemen bagi Yaya Infantry. Berbeda dengan legenda, beberapa sumber sejarah menyatakan bahwa Putra Orkhan Ghazi, yaitu Sultan Murad I yang pertama kali merekrut Janissari.

REKRUITMEN

Sistem perekrutan Janissari pada awalnya memakai Devshirme. Sebagian besar sumber sejarah mengatakan sistem ini secara efektif mulai diterapkan pada masa Sultan Murad I. Tidak jelas asal muasal sistem ini, apakah terpengaruh dari sistem Ghulam yang digunakan oleh Khilafah Abbasiyah sebelumnya atau terpengaruh dari cara yang sama yang digunakan oleh Bizantium. Yang jelas sistem ini muncul pada masa awal terbentuknya Janissari.
Beberapa ahli hukum Ottoman mencoba menjustifikasi bahwa sistem Devshirme ini legal dengan alasan bahwa leluhur anak-anak yang direkrut itu adalah orang taklukan dan mereka (orang Slav & Albania) baru memeluk agama Kristen setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan keyakinan bahwa dengan merekrut mereka dan konversi mereka menjadi Muslim maka akan menyelamatkan mereka dari neraka. Berbeda dari Inkuisisi Spanyol yang menerapkan ide konversi ini secara brutal sehingga menimbulkan perlawanan dari para Muslim dan Yahudi Andalusia, Devshirme seringkali diikuti oleh keluarga Kristen secara sukarela karena memberikan janji dan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Namun sistem ini banyak mendapat banyak pertentangan dari para ulama pada masa itu, karena menganggap bahwa sistem ini merupakan suatu bentuk kesewenang-wenangan dari penguasa dan tidak seharusnya penguasa menganggap para Kafir Dzimmi sebagai properti pribadinya.

Namun, sistem ini tetap diterapkan oleh para Sultan Ottoman hingga penghapusannya tahun 1648. Awalnya, Balkan dan daerah minoritas Kristen di Anatolia menjadi daerah yang terkena sistem ini. Balkan menjadi daerah yang paling banyak menyumbangkan anak yang direkrut melalui Devshirme. Secara kasar, dari setiap 40 keluarga diambil 1 pemuda. Awalnya, perekrutan ini diadakan setiap 5 tahun sekali, namun dalam perkembangannya Devshirme dilakukan tiap tahun. Dalam satu tahun bisa didapat 1.000-3.000 pemuda tiap tahun, hingga pada suatu masa dimana jumlah pemuda yang didapat dari Devshirme tidak mampu lagi mencukupi jumlah pasukan yang ada maka mulai direkrutlah pasukan dari kalangan Muslim sendiri. Yang direkrut dengan Devshirme adalah anak dan pemuda yang berusia 8-20 tahun, yang kebanyakan dari daerah pedesaan miskin dan tidak berpendidikan, jarang yang berasal dari kota atau yang berpendidikan. Keluarga yang hanya memiliki 1 anak lelaki dan keluarga Yahudi bebas dari Devshirme. Keluarga Yunani juga mendapat keringanan dalam Devshirme. Karena dengan adanya Devshirme ini, taraf hidup dan karir menjadi menanjak maka banyak keluarga Kristen dan bahkan Muslim sendiri yang secara sukarela menyerahkan anak mereka, bahkan banyak yang menyuap untuk memasukkan anak-anak mereka. Selanjutnya setelah terpilih, para anak dan pemuda ini dibagi menjadi 2 kelompok, yang pertama disebut sebagai Iç Oĝlan (inner boys) yang kecakapannya di atas rata-rata, yang berpeluang menduduki jabatan tinggi setelah melalui pendidikan militer. Yang kedua disebut sebagai Acemi Oĝlan (Foreign boys) yang akan menjadi prajurit Janissari biasa. Berbeda pada Acemi Oĝlan yang hanya dididik dengan seni kemiliteran murni dan pelajaran agama, Iç Oĝlan akan mendapatkan pelajaran berupa etiket, tata krama, kesusastraan, militer, agama, seni beladiri, pelajaran bahasa Arab dan Persia, dan musik bagi yang berbakat, dll. Setelah itu mereka akan dididik sesuai spesialisasinya. Tanggung jawab pendidikan Iç Oĝlan dipegang oleh Kapi Agha dan Hoca.

Pendidikan yang ditempuh Acemi Oĝlan sangat berat. Para kadet ini hanya boleh keluar barak jika waktu libur, selebihnya mereka harus hidup di barak. Pendidikan ini akan memakan waktu 6 tahun. Setelah lulus mereka akan ditempatkan di pos sesuai spesialisainya.

STRUKTUR KEMILITERAN JANISSARI

Korps atau Ocak Janissari masuk ke dalam struktur Kapikulu Askerleri (Pasukan Sultan). Ocak atau Korps Janissari ini terdiri dari 196 Orta dan secara umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu Cemaat (assembly-110 Orta), Beyliks atau Böluk (division-61/62 Orta), dan Sekban atau Seğmen (Dog Handler-33/34 Orta). Di dalam Cemaat terdapat pasukan elit bernama Solak Ortas. Di dalam Solak Ortas terdapat Műteferrika yang beranggotakan putra vassal atau pejabat tinggi kemiliteran. Masing-masing Orta mempunyai ciri khas sendiri-sendiri sesuai dengan asal, tugas, dan atribut masing-masing.

Berikut ini adalah Lencana pada masing-masing Orta dan Orta yang menonjol dalam Struktur Ocak Janissari :
Selain Ocak Janissari juga terdapat korps lain yang juga masuk dalam organisasi Janissari. Yang pertama adalah Acemi Oĝlan yang juga diikutkan dalam kampanye militer sebagai program magang. Ada juga Cebeci sebagai penanggung jawab logistik tempur, Topçu atau prajurit artileri, Saka (water carrier) yang bertugas membawa perbekalan, Top Arabaci yang bertugas dalam transportasi meriam dan persenjataan, dan Humbaraci (Janissary Grenadier).

Di samping itu terdapat kesatuan Janissari lain yang bertugas secara terpisah, yaitu Bostanci (Gardener) yang bertugas menjaga 70 area di sekitar Istana Kesultanan dan area sekitar Istanbul. Baltaci (Wood Cutter) yang bertugas menjaga area di dalam istana, kesatuan ini dipimpin oleh Kizlar Agha (Chief of Black Eunuch). Haseki Infantry Guard yang bertugas menjaga artileri di dalam benteng Ibukota Kesultanan.

Dari tadi menyebutkan soal Orta, sebenarnya apa sih Orta itu? Orta secara kasar dapat diartikan sebagai divisi. Satu Orta terdiri dari 50 (abad 15) – 100 (abad 16) orang yang dipimpin oleh Çorbasi (Soup Man) yang dibantu oleh enam perwira, sejumlah NCO, petugas administratif, dan Imam. Çorbasi juga bertanggung jawab atas Acemi Oĝlan yang magang di Orta tersebut. Di dalam Cemaat terdapat pasukan elit yang bernama Solak Ortas yang dipimpin oleh Solakbasi yang dibantu oleh 2 perwira.

Sultan akan memilih sendiri Yeniçeri Ağasi (Agha Janissari). Agha Janissari ini adalah figur yang mempunyai kekuasaan yang luar biasa, bahkan Wazir Agung pun tidak berhak untuk memberi perintah kepadanya. Agha Janissari hanya menerima perintah langsung dari Sultan. Untuk menentukan semua keputusan di internal korps Janissari, Agha Janissari berkonsultasi dulu dengan Divan (Dewan) yang terdiri Kul Kâhyasi, Sekbanbaşi, 3 CO (Commanding Officer) dari 3 Orta elit yaitu Zağarcibaşi, Samsuncuibaşi, Turnacibaşi, dan juga Başçavuş (Provost-nya Janissari).

agha janissary

Agha Janissari memimpin seluruh 196 Orta, tapi hanya boleh memimpin jika sultan hadir. Tapi jika Sultan tidak hadir, maka Agha Janissari menyerahkan komando kepada siapapun Komandan Tentara yg ditunjuk Sultan. Di bawah Agha Janissari terdapat staf Jenderal dan perwira tinggi termasuk Sekbanbaşi (komandan Sekban) dan Kul Kâhyasi (Komandan korps Bostanci), yang keduanya bertindak sebagai ajudan Agha Janissari.

Berikut ini beberapa perwira tinggi dan staf lain dalam hierarki Janissari
  1. Istanbul Ağasi, yang bertanggung jawab terhadap pendidikan Acemi Oĝlan dan semua unit yang berada di Istanbul.
  2. Ocak Imam (Chief Chaplain), bertugas sebagai Imam resmi kesatuan Janissari, berasal dari sekte Bektashi.
  3. Solakbaşi, komandan Solak Ortas
  4. Beytülmalci, bendahara umum Janissari
  5. Muhzir Ağa, semacam humasnya Janissari
  6. Kâhya Yeri, wakil Agha Janissari dalam Pertemuan Besar (Great Council) dengan Sultan dan bawahannya
  7. Talimhanecibaşi, yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan pendidikan dan pelatihan militer
  8. Azar Başi, penanggung jawab tahanan dan penjara
  9. Yeniçeri Kâtibi, Sekretaris Umum Janissari adalah orang sipil yang direkrut untuk mengurusi birokrasi dalam Janissari
  10. Yayabaşi, mantan komandan Yaya infantry, yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan gulungan dan surat-surat.

Berikut ini adalah perwira senior dalam kepelatihan dan rekruitmen :
  1. Rumeli Ağasi, yang bertanggung jawab terhadap pelatihan 14 Orta dan Devshirme di Rumelia (Provinsi Ottoman di Eropa)
  2. Anadolu Ağasi, yang bertanggung jawab terhadap pelatihan 17 Orta dan Devshirme di Asia
  3. Gelibolu Ağasi, yang bertanggung jawab terhadap pelatihan Orta di Gallipoli
  4. Kuloğlu Başçavuşu, yang bertanggung jawab terhadap pelatihan militer anak-anak Janissari yang dimasukkan dalam Ocak Janissari.

Janissari menganggap Sultan sebagai Bapak yang memberi makan mereka, sehingga kepangkatan dalam satu Orta memakai istilah-istilah kuliner. Berikut ini adalah hierarki kepangkapatan dalam satu Orta :
  1. Çorbaci (Soup Maker), setara Kolonel, yang dibantu oleh :
  2. Aşçi Usta (Master Cook)
  3. Aşçi (Cook)
  4. Baş Karakulluçu (Head Scullion Junior Officer)
  5. Çavuş (messenger) = Karakulluçu (Sculiion), yang setara dengan Sersan
  6. Bayraktar, sebagai pembawa panji
  7. Odabaşi, kepala barak
  8. Vekilharç (Quartermaster)
  9. Sakabaşi, penanggung jawab distribusi air
  10. Imam
  11. Nefer atau Yoldaş, atau prajurit Janissari biasa. Yang junior disebut sebagai Eşkinci, yang veteran disebut sebagai Amelimanda, yang sudah pensium disebut sebagai Otutark. Otutark kadang diperlukan dalam peperangan dan diberikan previlege untuk berdagang.
Selain struktur di atas, di setiap kota benteng seperti Baghdad, Erzurum, Jerussalem, Van, Khadin, dll milik Ottoman juga punya struktur sendiri. Setiap Janissari di kota tersebut dipimpin oleh Serhad Ağasi (Frontier Agha). Di provinsi Ottoman di Afrika Utara, Janissari mempunyai struktur tersendiri, dan mempunyai Divan (Dewan) sendiri, yang berdiri otonom dari pemerintahan Istanbul. Lama kelamaan Janissari juga direkrut sendiri oleh para Beylerbey/Sançakbey, contohnya di Damaskcus ada dua macam Janissari, yang pertama Janissari resmi kesultanan Ottoman dan yang kedua Janissari yang menjadi pasukan pribadi Bey atau Pasha.

ATRIBUT

Atribut Korps Janissari terdiri dari bendera/ panji utama/ Bayrak Janissari yang disebut sebagai Imam Âzam dan panji masing-masing Orta. Imam Âzam berbahan sutra putih dengan diberikan inskripsi yang berarti :

“Kamilah yang memberikan Kemenangan dan Kemenangan yang gemilang.
Allah penolong kami dan Dialah sebaik-baik penolong. Oh Muhammad, Engkau telah membawa kabar gembira bagi orang beriman.”

Legenda mengatakan bahwa Orkhan Ghazi memberikan panji berwarna dasar merah dengan bulan sabit tunggal di atasnya kepada unit Janissari yang dibentuk, mirip dengan bendera nasional Turki sekarang, 2 bulan sabit yang lain ditambahkan setelah penaklukkan Konstantinopel. Motif lain yang ada adalah matahari, bintang, belati, “Tangan Fatimah”, Dzulfiqar (pedang Ali bin Abu Tholib), Tuĝ, dll. Simbol lain yang tidak biasa, tapi merefleksikan filosofi Janisari adalah sebuah Kazan, yaitu kuali tembaga besar, yang dianggap harga yang paling berharga masing-masing Orta. Sekali dalam sehari, para Janissari makan makanan (Pilav) yang dimasak dengan Kazan. Dengan menutup Kazan ini, menandakan para Janissari sedang melakukan pembangkangan, dan jika berkumpul di sekitarnya menandakan mereka mencari perlindungan. Setiap Orta mempunyai Kazan sendiri-sendiri. Kazan ini dibawa dalam parade dan peperangan. Dalam parade, jika Kazan muncul maka semua Janissari wajib untuk bersikap hening. Dalam pertempuran, Kazan berfungsi sebagai semacam rally point jika dalam kesulitan. Jika kehilangan Kazan maka setiap Orta tersebut harus menanggung malu jika berhadapan dengan Orta yang lain.

SERAGAM dan SENJATA

Seragam Janissari berbahan wool, yang dibuat oleh pengrajin Yahudi di Thessalonika. Topi Börk dan Üsküf merupakan identitas utama Janissari yang mencerminkan pengaruh Darwis Bektashi. Sebuah sendok kayu yang ditempelkan pada topi ini adalah pertanda bahwa Janissari menggunakan simbol-simbol kuliner. Perwira senior memakai aksesoris tambahan dari bahan bulu rubah, tupai, lynx, dll.

Sepatu Janissari umumnya dari kulit berwarna merah kecuali perwira Senior yang memakai sepatu berwarna kuning. Ikat pinggang juga menentukan status seorang Janissari. Sebagai contoh, dalam Korps Bostanci terdapat 9 tingkatan, dengan urutan dari bawah ke atas sebagai berikut : biru (1st), putih (2nd), kuning (3rd), campuran biru dan putih (4th), kain putih halus (5th), sutra putih (6th), kain hitam halus (7th), hitam pekat (8th & 9th). Pada awalnya, Janissari memakai full armor, tetapi pada abad ke 16 mereka sudah mulai meninggalkan full armor kecuali untuk pasukan yang bertugas dalam pengepungan.

Pada awalnya, Janissari adalah infantry archer yang dilengkapi dengan busur dan crossbow (çanra). Dalam perkembangannya mereka juga memakai banyak senjata seperti pedang, gada, kapak, hingga senjata api. Pedang yang dipakai antara lain Yoldaş, Kiliç (pedang) yang melengkung, scimitar, yatağan (pedang dengan lengkungan ganda), & meş (rapier). Gada yang dipakai antara lain gürz, şeşper, koçbaşi. Janissari juga kadang memakai pole-arm yang disebut sebagai harba dan turpan. Janissari orta tertentu (Baltaci) juga memakai balta (halberd).

Prajurit Ottoman biasanya menggunakan senjata yang didapat dari rampasan perang dan juga yang diimpor dari Eropa. Pemasok senjata utama bagi Ottoman adalah Inggris dan Belanda yang notabene adalah negara Kristen Protestan. Mereka memasok bubuk mesiu, laras Arquebus, bahan baku pedang, dll. Sebagai balasannya, Ottoman mengekspor laras senapan yang terkenal terbaik pada masanya, selain itu Ottoman juga mengajarkan penggunaan artileri kepada negara Kristen Protestan yang pada waktu itu bermusuhan dengan Negara Eropa yang Katolik.

Ottoman memproduksi sendiri berbagai macam senjata yang dikendalikan oleh Gilda-Gilda. Gilda-Gilda tersebut masing-masing memproduksi pistol, pedang, scimitar, pistol, musket, dan belati, serta kapak. Sedangkan, artileri diproduksi sendiri oleh Cebehane (arsenal). Mulai abad 17, Ottoman mengadopsi persenjataan dari Barat. Diantaranya adalah karabina (karabin), müsket tüfenkleri (flintlock musket), tabanca (pistol), çift tabancali tüfenk (double barreled pistol), zabtanah (musket), miquelet (snaplock musket).

Pada abad ke-18, mulai dikenalkan bayonet. Tapi hal ini banyak ditentang oleh para Janissari karena menganggap menggunakan bayonet merupakan perbuatan yang tidak terhormat. Dengan menggunakan bayonet maka prajurit akan tampak seperti mesin karena berperang secara kolektif, bukan menonjolkan kekesatriaan permainan pedang.

KAMPANYE MILITER

Janissari sebagai pasukan utama Ottoman turut serta pada hampir semua peperangan yang ada. Mulai dari Asia, Afrika Utara, dan Eropa. Tercatat pertama kali Janissari berperan penting dalam pertempuran adalah pada pertempuran melawan Turki Karaman di Konya (1389), di sini Janissari yang berada di tengah mampu menghalau serangan musuh dengan support dari kavaleri di sayap dan belakang. Pada pertempuran Kosovo (1389), terdapat 2.000-5.000 Janissari yang ikut dalam pertempuran. Janissari yang ditempatkan di tengah mampu melakukan serangan balik di bawah pimpinan Bayazid Yildirim setelah sebelumnya dipukul mundur oleh serangan pasukan Serbia. Pada pertempuran ini, Janissari melakukan kegagalan fatal pertama mereka yaitu kegagalan melindungi Sultan Murad I sehingga beliau terbunuh oleh Milos Obilic. Pada Pertempuran Ankara (1402) melawan Timurlenk, Janissari menempati posisi di perbukitan dan mampu memukul mundur kavaleri Timurid yang terkenal tangguh. Walaupun pada akhirnya Ottoman kalah pada pertempuran ini dan banyak dari Janissari yang terbunuh, mereka mampu mengembalikan kejayaan Ottoman 11 tahun kemudian di bawah Muhammad I.

Pada pertempuran Varna (1444), Janissari mampu membunuh salah satu komandan pasukan musuh, WladislaW III-Raja Polandia, dan membalikkan keadaan untuk keuntungan.

Keberhasilan terbesar Janissari adalah dalam Pengepungan Konstantinopel (1453). Janissari yang ikut dalam pengepungan ini sebanyak 5.000-10.000. Janissari terbukti sebagai ahli dalam pengepungan. Ulutbali Hasan (seorang Sipahi) dan 30 orang yang mengikutinya, termasuk beberapa Janissari, mengorbankan diri untuk memasang panji Ottoman di atas tembok Konstantinopel sehingga meningkatkan semangat juang pasukan lainnya.

Janissari juga berperan dalam peperangan Ottoman melawan Moldavia dalam pertempuran Vaslui dan Valea Alba, yang berakhir dengan kemenangan Ottoman. Termasuk dalam peperangan melawan Vlad Dracula dimana Janissari yang dipimpin oleh Radu cel Frumos (Radu Bey) mampu mengalahkan tentara Wallachia dan Vlad harus melarikan diri ke Hungaria. Pada pertempuran Chaldiran (1514), Janissari terbukti lebih hebat daripada pasukan Qizilbash Persia (Safawiyah), dengan keunggulan penggunaan musket, sehingga kemenangan berada di pihak Ottoman. Termasuk dalam pertempuran Ridaniyeh dan Marj Dabiq melawan Mameluk yang berakhir dengan dikuasainya Mesir oleh Ottoman.

Selanjutnya Janissari mengikuti hampir seluruh peperangan yang dilakukan Ottoman termasuk kemenangan Ottoman dalam pertempuran laut Zonchio &  Preveza hingga kekalahan di Lepanto, kegagalan pengepungan Ibukota Wina hingga 2 kali (1526 & 1683), kegagalan pengepungan Malta, hingga pertempuran yang mereka lakukan melawan Sipahi pada masa pembubaran mereka pada Juni 1826.

PROMOSI, GAJI, & MORAL

Promosi dan transfer dilakukan setiap dua hingga delapan tahun, atau jika ada kebijakan dari Sultan yang baru. Dalam Korps Janissari sangat mengunggulkan senioritas. Kedisiplinan dilaksanakan secara ketat. Murad I membuat 16 aturan untuk Janissari yaitu:

• kepatuhan total pada perwira,
• kesatuan dalam tujuan,
• budaya militer yang ketat,
• tidak diperbolehkan hidup mewah,
• kesalehan ketat di bawah kode Bektashi,
• menerima hanya orang yang terbaik,
• hukuman mati bagi pelanggar hukum berat,
• hukuman hanya dilakukan oleh perwira dalam satu Orta,
• promosi berdasarkan senioritas,
• menjaga diri mereka sendiri,
• tidak boleh menumbuhkan jenggot bagi prajurit biasa,
• tidak boleh menikah hingga pensiun,
• hanya hidup di barak,
• tidak boleh berdagang,
• pelatihan militer full time,
• dan dilarang minum alkohol dan berjudi.

Hukuman atas aturan di atas diberikan bervariasi mulai dari kurungan hingga hukuman mati. Setelah melakukan hukuman, maka seorang janissari wajib mencium tangan perwiranya sebagai tanda kepatuhan. Jika diketahui desersi, hukuman yang dilaksanakan adalah hukuman mati dengan cara dibenamkan ke laut atau danau pada malam hari untuk menghindari rasa malu pada masyarakat.

Janissari menerima gaji setiap 3-4 kali pertahun, jumlah yang mereka terima awalnya sangat kecil namun mereka mendapatkan baju dan kain wool yang berkualitas, mendapatkan pasokan makanan yang lengkap, dan uang yang cukup untuk membeli peralatan militer yang baru. Janissari juga akan mendapatkan bonus gaji dan medali atas keberanian mereka di medan perang. Awalnya, yang dianggarkan untuk Janissari meliputi 10% dari belanja total militer Ottoman, namun pada masa Sultan Muhammad II naik menjadi 15%, dengan adanya kenaikan gaji Janissari.

Janissari tinggal di barak (Oda) mereka masing-masing. Kesatuan yang paling elit tinggal di sekitar istana Topkapi, Istanbul, yaitu Eski (lama) dan Yeni (baru) Oda. Dalam barak terdapat dapur, kamar, dan gudang senjata. Di setiap Barak ditandai dengan emblem masing-masing Orta. Janissari hidup di barak dan menjalani kehidupan mirip rahib, diperbolehkan menikah hanya kalau sudah pensiun.

Selama beberapa abad Janissari menjadi korps infantri yang paling ditakuti di Eropa. Mereka jauh lebih disiplin dari lawan-lawan mereka dari Eropa. Janissari mempunyai suatu kode kehormatan yang mungkin mirip dengan kode etik knight atau samurai. Mereka menghormati para pemberani dan ada suatu kompetisi dalam pertempuran untuk mendapatkan medali kehormatan. Ada medali yang dinamakan çelenk yang hanya diberikan kepada Janissari yang punya keberanian extra untuk melawan musuh yang lebih superior. Janissari yang gugur di medan pertempuran mendapat gelar Şahid, keluarga yang ditinggalkan akan mendapat uang pensiun, anak laki-lakinya akan diberi pekerjaan, dan anak perempuannya akan dicarikan suami. Setiap anggota Janissari yang cacat akan menjadi anggota kehormatan Ortanya.


Sepanjang sejarah, Janissari terkenal diantara rakyat miskin terutama karena pola kehidupan mereka yang “membumi” dan kehidupan semi-sosialis mereka. Hal ini banyak terpengaruh dari ajaran Bektashi. Agama menjadi dasar motivasi dan kehormatan Janissari. Setiap perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan atas ajaran Darwis Bektashi. Eksistensi mereka hanyalah untuk melebarkan sayap kekuasaan Islam.
  
TUGAS LAIN

Ada bagian dari Janissari yang disebut sebagai Mehter (Mehterhane) yang bertugas sebagai marching band, baik di pertempuran maupun parade. Untuk lebih lengkapnya lihat trit tentang Mehter. Agha Janissari jika sedang tidak berperang bertugas sebagai kepala polisi di Istanbul. Semua Orta yang berada di ibukota menjalani tugas yang sama. Jika sedang ada kampanye militer, tugas ini diserahkan kepada Açemi Oglan. Selain itu, Janissari juga bertugas sebagai pemadam kebakaran di Istanbul.

Anggota tingkat menengah Janissari yang ditempatkan di setiap Sancak (Provinsi) juga berperan sebagai administrator lokal, berperan dalam pembangunan infrastruktur, sebagai pemadam kebakaran dll. Perannya sebagai administrator lokal ini menyebabkan banyak anggota Janissari yang akhirnya ikut dalam birokrasi dan perdagangan, yang lama kelamaan berubah menjadi memonopoli birokrasi dan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Orta Janissari yang berada di Afrika Utara, seperti Janissari yang berada di bawah komando Khairuddin Barbarossa, selain berperang mereka juga melakukan kegiatan perdagangan. Ada pula yang menjalani bisnis bajak laut untuk membajak kapal-kapal dagang orang-orang Eropa.

Cerita tentang akhir dari JANISSARI

Janissari menyadari pentingnya mereka bagi Kesultanan sehingga mulai menginginkan kehidupan yang lebih baik. Pada 1449 mereka memberontak untuk pertama kalinya, menuntut upah lebih tinggi dari yang mereka peroleh. Setelah 1451, setiap Sultan baru merasa berkewajiban untuk memberikan kanaikan gaji dan hadiah-hadiah lainnya. Sultan Salim II memberi izin bagi tentara untuk menikah pada 1566, merusak eksklusifitas kesetiaan Janissari kepada Dinasti Ottoman.

Pada awal abad 17, Janissari mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemerintah, baik di Ibukota maupun di wilayah lainnya. Mereka akan memberontak jika ada upaya-upaya untuk memodernisasi struktur tentara. Seluruh kebijakan yang dikeluarkan kesultanan didikte oleh Janissari. Jika ada sultan yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka akan dikudeta dan digantikan oleh Sultan lain. Mereka memonopoli kepemilikan tanah, birokrasi, & perdagangan. Mereka juga mulai memasukkan anak-anak mereka ke dalam struktur Janissari tanpa harus melalui pelatihan militer sehingga mengurangi kekuatan militer utama Ottoman.

Pada 1622, para Janissari adalah ancaman serius bagi stabilitas Kesultanan. Melalui keserakahan mereka dan ketidak disiplinan, mereka menjadi pasukan yang tidak efektif menghadapi kekuatan Eropa. Pada 1622, sultan remaja, Utsman II, setelah kekalahan dalam perang melawan Polandia, menyalahkan Janissari atas kekalahan tersebut. Beliau mulai membatasi peran Janissari dan menolak untuk “tunduk pada budak sendiri”. Sultan Utsman II mencoba membubarkan korps Janissari. Pada musim semi, rumor berkembang bahwa Sultan mempersiapkan pasukan untuk bergerak melawan mereka, Janissari memberontak dan menjadikan Sultan sebagai tawanan. Sultan Utsman II akhirnya terbunuh oleh Wazir Agung Davut Pasha dengan cara dipencet testisnya.

Anggaran kesultanan untuk membiayai gaji Janissari sedemikian besarnya, walaupun banyak diantara mereka yang bukan prajurit, bahkan Sultan harus membayar gaji Janissari yang sudah wafat. Keefektifitasan mereka sebagai pasukan tempur menurun jauh. Satu-satunya yang takut akan kekuatan Janissari hanyalah rakyat Ottoman sendiri. Kisah ini mirip dengan Preatorian Guardnya Romawi. Janissari yang awalnya penjaga Kesultanan akhirnya menjadi pagar makan tanaman, yang awalnya pelindung Kesultanan malah menjadi ancaman terbesar bagi eksistensi Kesultanan. Perbatasan utara Kekaisaran Ottoman perlahan-lahan mulai menyusut ke selatan setelah Pertempuran kedua Wina tahun 1683, salah satunya disebabkan oleh kelemahan Janissari.

Pada tahun 1807, Janissari memberontak dan menggulingkan Sultan Salim III, yang mencoba untuk memodernisasi tentara. Mustafa Bayrakdar (Mustafa Bayraktar, yg ironisnya adalah mantan anggota Janissari), Pasha dari Rustchuk, yang mendukung kebijakan modernisasi Sultan gagal untuk menggagalkan pemberontakan ini karena tidak datang di Istanbul tepat waktu dengan 40.000 pasukannya. Janissari menaikkan Sultan Mustafa IV ke atas tahta. Ketika Mustafa Bayrakdar datang, dia akhirnya menurunkan Mustafa IV dan menggantinya dengan Sultan Mahmud II.

Di bawah Sultan Mahmud II, Mustafa Bayrakdar (Alemdar Mustafa Pasha) mereformasi militer dan membentuk suatu pasukan baru serupa Nizam-i-Cedid, yang dinamakan Sekban-i-Cedid. Lagi-lagi Janissari mengancam akan melakukan pemberontakan atas usaha modernisasi ini. Sultan Mahmud II yang pada waktu itu belum punya kekuasaan riil akhirnya melakukan kompromi dengan Janissari dan menyerahkan Alemdar Mustafa Pasha. Alemdar Mustafa Pasha akhirnya terbunuh dengan cara meledakkan gudang mesiu beserta 400 Janissari yang mengepungnya.

Keadaan mulai berubah pada tahun 1826. Sultan Mahmud II sudah cukup matang. Beliau mengeluarkan suatu fatwa bahwa akan dibentuk suatu pasukan baru untuk menandingi kekuatan Eropa. Beliau sadar bahwa dengan fatwa ini Janissari akan memberontak. Tapi kali ini Sultan Mahmud II sudah siap. Pasukan kavaleri Sipahi sudah disipakan di Ibukota untuk berjaga-jaga. Ketika Janissari yang tanpa persiapan melakukan pemberontakan dengan menyerang istana, Sipahi yang lebih siap dan membawa perlengkapan tempur yang lengkap mampu memukul mundur Janissari dan memaksa mereka kembali ke barak. Janissari yang terperangkap di dalam barak ditembaki dengan artileri dan mengakhiri riwayat mereka. Kejadian ini berlangsung hampir bersamaan di seluruh wilayah Kesultanan yang terdapat barak Janissari, sehingga timbul kesan bahwa Sultan sudah menyiapkan ini sejak lama. Para Agha Janissari ditangkap dan dihukum mati di menara yang sekarang terkenal dengan Menara Darah. Janissari yang tersisa akhirnya melarikan diri dan menanggalkan identitas mereka. Kejadian ini dikenal sebagai The Auspicious Incident (Vaka-i Hayriye) terjadi pada Juni 1826, yang mengakhiri riwayat Janissari untuk selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar